Mentari pagi menyinari wajah Andi yang masih terpejam. Suaranya yang berat menggema di kamar kosnya yang sempit. Ia menggeliat, bangun dari mimpi yang tak jelas, dan langsung disambut oleh hiruk pikuk kota Jakarta yang selalu berdebar. Andi, seorang lulusan desain grafis yang baru saja kehilangan pekerjaannya, merasa terhimpit. Utang kuliah masih menumpuk, dan biaya hidup di Jakarta seperti monster yang tak pernah kenyang. Ia merasa kehilangan arah, kehilangan pijakan. Pikirannya dipenuhi oleh satu pertanyaan besar: bagaimana bertahan hidup di kota beton ini?
Read More