Pak Budi, seorang pensiunan guru berusia 58 tahun dari sebuah desa kecil di Jawa Tengah, selalu merasa ada yang kurang setelah pensiun. Gaji pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun impiannya untuk memberikan warisan yang lebih baik bagi anak cucunya masih terasa jauh. Ia rindu akan tantangan dan kepuasan mencapai sesuatu yang bermakna. Kesibukan mengurus kebun dan membantu istri di warung kecil terasa tak cukup mengisi hari-harinya yang panjang. Ia sering merenung di beranda rumahnya, memandang hamparan sawah yang menghijau, memikirkan bagaimana mengisi masa tuanya dengan lebih produktif.
Read MoreIbu Sri, seorang janda berusia 45 tahun dengan dua anak yang masih bersekolah, selalu hidup dalam bayang-bayang kecemasan finansial. Suaminya meninggal lima tahun lalu, meninggalkan beban hidup yang berat dipundaknya. Ia bekerja sebagai buruh cuci dengan penghasilan pas-pasan, yang bahkan tak cukup untuk menutupi biaya hidup sehari-hari, apalagi membiayai pendidikan kedua anaknya. Ibu Sri seringkali merasa putus asa, terhimpit oleh kebutuhan yang tak kunjung usai. Ia bermimpi bisa memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anaknya, namun jalan menuju mimpi itu tampak begitu jauh dan sulit.
Read MoreBudi, seorang pemuda berusia 25 tahun dari Yogyakarta, selalu bermimpi memiliki penghasilan yang cukup untuk membiayai keluarganya dan mengejar passion-nya di bidang fotografi. Namun, realita berkata lain. Setelah lulus kuliah, ia hanya mendapatkan pekerjaan paruh waktu dengan gaji pas-pasan yang nyaris tak cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Mimpi memiliki kamera profesional dan menjelajahi Indonesia untuk memotret keindahan alamnya tampak begitu jauh. Ia merasa terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan, di mana setiap rupiah harus dipikirkan masak-masak.
Read More